Oleh: shienny | April 2, 2016

Melakukan dan Menyelesaikannya !

toshikoseko

Toshiko Seko adalah pemenang lomba lari bergengsi: Fukuoka Marathon (1978–1980, 1983), Boston Marathon (1981, 1987), London Marathon (1986), serta Chicago Marathon (1986). Ia juga pencetak rekor dunia untuk lari 25.000 m (1:13:55.8) and 30.000 m (1:29:18.8), yang bertahan selama 3 dekade dan baru terpecahkan 2011 lalu.

Ketika ditanya mengenai rahasia keberhasilannya, ia menjawab, ”Saya hanya berlari 10 km setiap pagi dan 20 km setiap sore.” Banyak orang tidak percaya bahwa ia hanya melakukan latihan yang sederhana tersebut. ”Mana mungkin cuma mengerjakan hal yang demikian, tapi bisa sukses dan jadi juara dunia?” Seko menjawab, ”Memang sederhana tapi saya melakukannya setiap hari, 365 hari dalam setahun. Sederhana? Ya. Mudah? Tidak!

Kerap kali, yang membuat kita gagal bukan rencana kita yang terlalu sederhana atau terlalu rumit, tapi karena kita tidak cukup berKOMITMEN untuk mengerjakan rencana kita. Kebanyakan kita hanya bersemangat di awal, namun mulai lemah, malas, dan enggan di tengah jalan. Alhasil, kita tidak pernah sampai ke puncak ataupun merasakan keberhasilan meskipun sudah memiliki bahkan merancang hal-hal hebat. Ingat waktu pertama kali ikut Kumon ataupun Coba Gratis Kumon? Pasti semuanya semangat! Semua terasa mudah dan menyenangkan…
Pengalaman para COMPLETER KUMON yaitu siswa yang telah menyelesaikan level O, membuat mereka menjadi pribadi ‘pemenang’ yang TANGGUH dan prestasi yang LUAR BIASA. Bagaimana caranya?

Hanya satu jawaban PASTI, yaitu menjalankan rencana yang ada dengan penuh komitmen, secara konsisten dan mandiri.

Ibarat menyusun satu batu bata setiap hari, sampai menjadi sebuah rumah. Kita tidak bisa mengerjakannya setengah-setengah, dikerjakan saat termotivasi dan mengabaikannya saat malas. Itu hanya akan menghambat keberhasilan kita!
Kadang kita dengan mudah mengatakan : “sudah tidak mau….”, “sudah sulit….”, “berhenti dulu….”, “capek….”, “banyak kegiatan….”, “bosan….” Lalu MENYERAH, padahal semuanya itu bisa disiasati jika kita memang berpegang teguh pada KOMITMEN dan YAKIN apa yang kita JALANKAN ITU BENAR. Target belajar Kumon memang BELAJAR DI ATAS TINGKATAN KELASnya dan mungkin sama sekali tidak berhubungan dengan NILAI pelajaran di SEKOLAH. Arahan Kumon adalah untuk membentuk ‘ketekunan’ yang diperlukan anak sehingga dia bisa mencapai cita-citanya secara MANDIRI. Jadi sebaiknya memang tidak perlu banyak membantu anak, jika dia MAU MENCOBA dan BERHASIL, itu yang LEBIH PENTING, jika GAGAL, COBA lagi. Seperti kata Maria Montessori “Never help a child with a task at which he feels he can succeed.” (JANGAN PERNAH MEMBANTU anak dimana dia merasa dia BISA BERHASIL menyelesaikannya). Mempelajari hal baru, merupakan PROSES pembelajaran anak, SULIT tentu perasaan yang wajar…untuk itu perlu contoh sikap dari Orang Tua dan para Pendidik dalam menghadapi kesulitan.
Karena itu, jangan hanya sibuk merancang ide-ide brilian atau cara-cara mutakhir. Karena kadang yang kita butuhkan untuk berubah dan untuk meraih hal-hal yang kita cita-citakan dalam hidup ini, sebenarnya bukan strategi yang detail, besar, kompleks. Yang kita perlukan justru hal yang sangat sederhana, yaitu melakukan dan menyelesaikannya. Seko berhasil karena ia melakukan rencana setiap hari. Mari ikuti teladannya dan pastikan rencana yang kita buat cukup sederhana untuk dijalankan setiap hari. KOMUNIKASIkan terus dengan pembimbing jika ada hal yang mempengaruhi belajar anak, sehingga anak-anak itu BERHASIL menjadi seorang Completer!

(KCD edisi 61-Nov,2013)

Oleh: shienny | Maret 31, 2016

Juara All England 2016 Ganda Campuran Indonesia

(belajar dari kak Praveen Jordan dan kak Debby Susanto)

infog_detiksport-bulutangkis2

Siapa yang tidak mengenal cabang olah raga bulutangkis, yang sejak tahun 1960 –an (bahkan sebelumnya) mengharumkan nama Indonesia? Saat bangsa Indonesia baru saja lahir, Pak Presiden Soekarno menginginkan Dunia mengenal Indonesia melalui olah raga. Tahun 1970-an dan antara tahun 1990 – 2000, menjadi masa kejayaan bulutangkis Indonesia yang melahirkan pemain legendaris hebat seperti : Rudy Hartono ( juara All England tunggal putra 8 kali ), TjunTjun/Johan Wahyudi ( juara All England ganda putra 6 kali ), menyusul Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Ardi B.Wiranata, Eddy Hartono/Rudy Gunawan, Hermawan Susanto, Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Haryanto Arbi, dan masih banyak lagi.

Saya masih ingat, saat masih SD, turut mendukung mereka meskipun hanya di depan layar kaca televisi. Ikut berteriak ‘hiya hiya…’ (saat pemain Indonesia melakukan smes pada lawan), atau melompat kegirangan (saat mereka berhasil menyelesaikan ‘set’ dengan baik). Dan ternyataaa… tidak hanya saya, orang tua, keponakan, budhe-bulik (om-tante), eyang (nenek), tetangga, pak RT-RW, penjual warung dan kios, bahkan sepertinya seluruh bangsa Indonesia ‘nobar’ alias ‘nonton bareng’ saat pertandingan bulutangkis berlangsung. Bagaikan pepatah: “Ada gula, ada semut”, nah kalau yang ini “Ada televisi, ada (seabrek) yang nonton” hehehe..

‘Nobar’ pertandingan bulutangkis memang lebih seru ‘ketimbang’ main video game. Coba saja deh…

Turnamen All England 2016 yang terbaru, kembali menorehkan keberhasilan bangsa Indonesia merebut JUARA GANDA CAMPURAN : Praveen Jordan/Debby Susanto, dengan mengalahkan pasangan Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dengan skor 21-12 dan 21-17. Sebelumnya Praveen/Debby menang menghadapi unggulan pertama asal Tiongkok : Zhang Nan/Zhao Yunlei. Hal ini membutuhkan usaha yang cukup keras karena tujuh pertemuan sebelumnya, Praveen/Debby selalu menyerah dari ganda campuran nomor satu dunia itu. Keberhasilan ini, tentu berkat proses latihan yang tekun dan keras dari Praveen/Debby, melalui simulator game dan menonton video permainan lawan.

Wah hebat ya kak Praveen dan Debby, tentu kita bisa banyak belajar dari pengalaman JUARA mereka. Berlatih Kumon juga membutuhkan usaha yang keras dan disiplin tinggi untuk menjadi seorang KOMPLITER. Saat menghadapi KESULITAN, dengan berusaha memahami petunjuk yang ada di lembar kerja, mengerjakan pengulangan dengan teliti, maka keberhasilan melewati materi sulit pun pasti teratasi. Kalau menyerah, tidak akan ketemu jawabannya dan tidak akan terbiasa ‘berusaha’. Maka penting ya : mau mencoba memahami dan rajin hadir ke kelas.

Apalagi ya pelajaran dari kak Praveen dan Debby? Dalam menghadapi Final, satu yang paling penting dilakukan Praveen/Debby di lapangan, yaitu komunikasi yang baik dan menikmati permainan sehingga bukan menjadi beban. Kata kak Praveen: “Dari awal kami bilang ke diri kami, pokoknya kami harus main ‘enjoy’ saja. Jangan anggap main di Final. Main seperti babak-babak kemarin, gembira dan KELUARKAN SEMUA KEMAMPUAN”. Nah, sama juga dengan di Kumon, jangan anggap latihan KUMON sebagai beban, tapi harus dikerjakan dengan ‘enjoy’ dan ‘perasaan ingin tahu jawaban yang benar’. Ingatlah kamu sudah BERHASIL melewati level-level sebelumnya, jadi KELUARKAN SELURUH kemampuanmu menghadapi level baru, hingga berhasil melewatinya. Dan ingat pula ‘KOMUNIKASI’ sangat penting, jangan sungkan berkomunikasi dengan ibu Pembimbing dan kakak Asisten di kelas ya.

Namun, mungkin tak banyak yang mengetahui perjuangan keras kak PRAVEEN/DEBBY untuk menjadi JUARA. Keduanya pernah merasakan di titik terendah dalam karier. Kak Praveen sempat frustrasi atau hampir putus asa karena terus menerus gagal jadi juara. Bahkan sempat ingin berhenti bermain bulutangkis saja begitu tutur ibunda kak Praveen, Ibu Herlinche Sinambela. Saat berada dalam kondisi seperti itu, peran Orang tua amat terasa. Bu Herlinche membantu meningkatkan kembali semangat sang putra lewat motivasi, nasihat, dan yang terpenting adalah doa. “Saya katakan kepada Praveen: Sudah tanggung. Kamu sudah setengah jalan, lanjutkan saja. Jika terus berjuang, percayalah suatu saat PASTI bisa jadi juara. Yang penting kerja keras, rajin berlatih, tidak macam-macam, dan jangan lupa berdoa. Kalau sudah begitu Tuhan pasti menjawab. Saya juga sering berdoa di depan televisi kalau Praveen sedang bermain,” ujar bu Herlinche. Dukungan moral juga diberikan Orang tua kak Debby, yaitu Pak Susanto Darmawan dan Bu Sugiyati Budiman, terutama saat Debby mengalami kekalahan. “Saya tekankan kepada Debby bahwa kekalahan itu adalah kemenangan yang tertunda. Asal latihan disiplin dan lebih dari yang lain, pasti akan membuahkan hasil,” kata pak Susanto kepada kak Debby. Kerja keras dan semangat pantang menyerah serta doa Orang tua telah mengantarkan kak Praveen dan Debby menjadi juara All England 2016.

083558300_1458643251-_20160322NH_PB_Djarum_Praveen-Debby_006.jpg

Tentu anak-anak juga tak jarang ingin berhenti dari KUMON, ingatlah akan pesan Orang Tua kak Praveen dan Debby juga. Masalah ‘tidak ada waktu’ bukan menunjukkan kesibukan yang luar biasa sehingga KUMON harus dikorbankan. Akan lebih baik aturlah PRIORITAS yang utama untuk mencapai suatu tujuan maka ‘waktu itu selalu ADA’. Dukungan dan doa dari Orang tua sangat dibutuhkan anak-anak kita dalam hidupnya, termasuk menjadi seorang pejuang tangguh, yaitu KOMPLITER. Ayo, anak-anak semangat seperti kak Praveen dan Debby, yang memiliki mental JUARA.

(Sumber dari internet : kompas.com, liputan6.com, inilahkoran.com)

Oleh: shienny | Maret 29, 2016

Membaca dan menulis dalam bermatematika

 

Tulisan ini digarap oleh rekan kerjaku di ‘kandang’ level tinggi yaitu Retno Hadiatni…

Banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah semata-mata kegiatan berhitung. Namun, jauh di balik itu, inti dari matematika adalah pemecahan masalah. Jadi, ketika kita belajar matematika, sesungguhnya kita sedang belajar cara memecahkan masalah, dan kegiatan berhitung hanyalah salah satu bagian di dalamnya.

Pada saat mengerjakan soal matematika, tentu kita harus terlebih dahulu membaca soal tersebut, kemudian baru menuliskan jawabannya. Bagi siswa Kumon, bahkan sangat dianjurkan untuk membaca perintah dan petunjuk pengerjaan sebelum membaca soal dan menulis penyelesaiannya. Jadi, dapat kita lihat bahwa selain berhitung, kegiatan membaca dan menulis juga tidak dapat ditinggalkan dalam bermatematika.

Membaca yang dimaksud di sini bukan sekedar melafalkan apa yang tertulis, tetapi juga memahami apa yang dibaca. Banyak yang mengetahui cara membaca, tetapi tetap belum tahu cara “belajar dari bacaan”. Pentingnya pemahaman bacaan terutama dapat dilihat ketika kita menghadapi soal matematika berbentuk deretan kata – atau yang banyak diistilahkan sebagai soal cerita. Banyak siswa yang merasa soal semacam itu sangat sulit untuk dipecahkan. Jika ditelusuri lebih lanjut, kesulitan itu ternyata muncul karena mereka kurang memahami kata-kata yang terdapat pada soal sehingga tidak bisa menerjemahkannya ke dalam bahasa matematika (misalnya, mengubahnya menjadi suatu persamaan atau grafik) yang sebenarnya telah dipelajarinya.

Menulis, kemudian, menjadi komponen yang tidak kalah pentingnya. Melalui proses menulis, dapat dikembangkan kemampuan komunikasi dengan menjelaskan pemikiran dan pemahaman akan soal matematika, mengorganisasikan gagasan penyelesaian, dan membuat kesimpulan yang masuk akal. Tulisan yang baik tidak hanya dapat dipahami oleh yang membuat tulisan, tetapi juga harus dapat dipahami oleh orang lain yang membaca tulisan tersebut.

Membaca dan mengikuti contoh soal atau soal contoh sebagai bagian dari membaca dan menulis dalam bermatematika.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan terkait dengan membaca dan menulis dalam bermatematika? Pertama, menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan. Makin banyak yang kita baca, makin kaya pula perbendaharaan kosa kata kita. Tentu saja, pemahaman materi dan istilah-istilah dalam matematika juga menjadi suatu keharusan. Biasakan juga untuk membaca soal matematika secara menyeluruh (termasuk perintah dan, jika ada, petunjuk pengerjaan) dan tidak melakukan hitungan apa pun dengan hanya membaca sebagian soal. Kedua, membiasakan diri untuk menyelesaikan soal-soal matematika secara runtut dan jelas. Misalnya, dengan menuliskan langkah-langkah atau hitungan-hitungan yang diperlukan secara lengkap. Pun ketika menyelesaikan soal yang berupa kata-kata (word problems), tidak hanya menuliskan hitungannya, tetapi dilengkapi juga dengan keterangan mengenai apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan apa kesimpulannya.

Kemampuan yang baik dalam membaca dan menulis pada akhirnya akan mengantarkan pada kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah (yang merupakan inti dari pembelajaran matematika). Tidak hanya di bidang matematika, tetapi juga di bidang-bidang yang lain, termasuk bidang yang kelihatannya sama sekali tidak berhubungan dengan matematika.

Jadi, tentu dengan berlatih Kumon hingga bertahun-tahun, sampai kadang orang tua pun bertanya-tanya, buat apa sih jika nilai matematikanya sudah memuaskan atau bahkan bukan masalah nilai tapi sudah tidak cocok materi nya dengan yang di sekolah? (lebih ekstrim lagi: sampai kapan anak-anak mengeluh sulit dan bosan dengan kumonnya?). Tapi memang untuk menjadi manusia yang bernalar (memiliki ‘life skill’) itulah yang akan dimiliki oleh para kompliter Kumon sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi untuk masyarakat.

(Sebagian besar isi tulisan ini bersumber dari “Reading and Writing to Learn in Mathematics: Ten Strategies to Improve Problem Solving”; Claire Heidema and Arlene Mitchell; RMC Research Corporation, Denver, Colorado; 2005)

Older Posts »

Kategori